XtGem Forum catalog
Best site builder

At Tartil Qur'an
TARTIL AL-QURAN

Senin, 19 Mei 2008 16:51

Membaca Al Quran dengan tartil artinya membaca dengan menghadirkan hati (al-qira’atu ma’a hudhuri al-qalbi).
Al-Khazin mengatakan, “Ketika Allah memerintahkan dengan qiyamul lail diikuti dengan tartil Al-Qur’an, sehingga memungkinkan orang yang shalat dengan menghadirkan hati, tafakur terhadap hakikat dan makna ayat. Ketika sampai pada mengingat Allah, hatinya merasakan keagungan-Nya dan kemuliaan-Nya. Ketika menyebut janji dan ancaman, dia akan takut dan penuh harap. Ketika menyebutkan kisah dan perumpamaan, dia mengambil pelajarannya. Maka, hatinya tersinari dengan marifat kepada Allah. Membaca dengan cepat menunjukkan akan ketidaktahuan maknanya. Disini jelas bahwa maksud dari ‘tartil al-Quran’ adalah menghadirkan hati ketika membacanya”.
Rasulullah shalla-llahu 'alaihi wa sallam membaca al-Qur’an dengan perlahan-lahan. Keluarnya huruf terucapkan dengan jelas. Tidak melewati ayat rahmat kecuali berhenti dan mohon kepada Allah, dan tiada melewati ayat siksa kecuali berhenti dan minta perlindungan Allah darinya.

لاَ تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهَ . إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ . فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ . ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (القيامة : 16-19)

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami lah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, sungguh atas tanggungan Kami penjelasannya.” (QS al-Qiyamah : 16 - 19).

إِنَّ الْقُلُوْبَ تَصْدَأُ كَمَا يَصْدَأُ الْحَدِيْدُ فَقِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا جَلاَؤُهَا؟ فَقَالَ : تِلاَوَةُ الْقُرْآنِ وَذِكْرُ الْمَوْتِ (رواه البيهقي)

“Sesungguhnya hati-hati bisa berkarat sebagaimana besi.” Maka ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa penghilangnya?” Rasulullah menjawab, “Membaca al-Qur’an dan mengingat mati.” (HR al-Baihaqi).

Mengingat Allah (dzikrullah)
Dzikrullah akan menyelamatkan seseorang dari badai keraguan, was-was, kecemasan, kegoncangan dan segenap penyakit jiwa lainnya. Dengan selalu mengingat Allah hati seorang menjadi hidup. Dzikrullah dapat mendatangkan ketenangan, ketentraman, keyakinan dan kedamaian di dalam jiwa.

فَاذْكُرُوْنِيْ أَذْكُرْكُمْ (البقرة : 152)

“Ingatlah kepada-Ku niscaya Aku ingat kepadamu.” (QS. Al Baqarah/2 : 152).

“Orang-orang beriman dan tenteram hatinya karena mengingat Allah. Ketahuilah bahwa dengan mengingat Allah, hati menjadi tentram.” (QS ar-Ra’du : 28).

Dzikrullah juga dapat membangkitkan keberanian, keteguhan, dan semangat juang, karena ia menyadari akan keikutsertaan Allah dalam dirinya. Kesadaran ini selanjutnya akan melahirkan potensi dahsyat yang dapat menggerakkannya untuk menghadapi segala tantangan dan melewati semua hambatan dengan penuh keyakinan dan ketenangan.

Ketika Musa dihadapkan oleh kepanikan kaumnya karena akan tersusul oleh pasukan Fir’aun, sementara di hadapannya terbentang lautan yang tidak bertepi, “Kemanakah kita akan lari?”

فَلَمَّا تَرَآءَ الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوْسَى إِنَّا لَمُدْرَكُوْنَ . قَالَ كَلاَّ إِنَّ مَعِيْ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ . فَأَوْحَيْنَآ إِلىَ مُوْسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيْمِ (الشعراء : 61-62)

“Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa : Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul. Musa menjawab : Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Tuhanku bersamaku, kelak Dia akan memberi petujuk kepadaku. Lalu Kami wahyukan kepada Musa : Pukullah lautan itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (QS asy-Syu’ara : 61-62).

“Orang-orang yang apabila diancam orang lain dengan mengatakan, ‘Sesungguhnya orang-orang telah berkumpul untuk memerangi kamu, karena itu takutlah kepada mereka.’ Maka, (perkataan) itu justru menambah iman mereka berkata, ‘Allah cukup bagi kami, dan Ia sebaik-baik penjaga’. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia dari Allah. Mereka tidak disentuh oleh bahaya apapun karena mereka mencari ridha Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang sangat besar. Yang demikian itu, tidak lain hanyalah syetan yang hendak menakut-nakuti pengikutnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika memang kamu orang-orang beriman.” (QS Ali Imran 173-175).

http://hidayatullah.or.id/in/sistematika-wahyu-dokumen-online-88/57-prinsip-akhlak/84-tartil-al-quran.html

© 2011 Hidayatullah.or.id
Jl. Cipinang Cempedak 1/14 Polonia Jakarta Timur 13340 Telp. 021.8190049, Fax. 021. 8574406 Webmaster e-mail: admin@hidayatullah.or.id.





















TARTIL
Ditulis pada 15 January 2011 | Dibaca 69 kali
Tartil adalah perlahan-lahan dan tidak tergesa-gesa. Diantaranya, memperhatikan potongan ayat, permulaan dan kesempurnaan makna, sehingga seorang pembaca akan berpikir terhadap apa yang sedang ia baca. Allah Ta’ala berfirman, “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzammil: 4).
Ibnu Katsir berkata, “Bacalah dengan perlahan-lahan, karena hal itu akan membantu untuk memahami Al-Qur’an dan men-tadabburi-nya. Dengan cara seperti itulah Rasulullah membaca Al-Qur’an. Aisyah berkata, “Beliau membaca Al-Qur’an dengan tartil sehingga seolah-olah menjadi surat yang paling panjang.” Beliau senantiasa memutus-mutus bacaannya ayat demi ayat.
Tata cara membaca Al-Qur’an yang dinukil dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat menunjukkan pentingnya perlahan-lahan dalam membaca dan memperindah suara bacaan. Zaid bin Tsabit radiallahu ‘anhu pernah ditanya, “Bagaimana pendapatmu tentang bacaan Al-Qur’an dalam tujuh hari?” Ia menjawab, “Baik, dan jika saya membacanya dalam setengah bulan atau satu bulan lebih saya sukai, mengapa demikian?” Orang tadi bertanya, “Saya akan bertanya demikian itu.” Zaid berkata, “Agar saya dapat men-tadabbur-i dan berhenti dalam setiap bacaan.”
Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya orang yang membaca dengan tartil dan mencermatinya, ibarat orang yang bershadaqah dengan satu permata yang sangat berharga, sedangkan orang yang membca dengan cepat ibarat bershadaqah beberapa permata, namun nilainya sama dengan satu permata. Boleh jadi, satu nilai lebih banyak daripada beberapa nilai atau sebaliknya.”
Pendapat yang benar adalah, sesungguhnya seseorang yang membaca dengan tergesa-gesa, maka ia hanya mendapatkan satu tujuan membaca Al-Qur’an saja, yaitu untuk mendapatkan pahala bacaan Al-Qur’an, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan tartil disertai perenungan, maka ia telah mewujudkan semua tujuan membaca Al-Qur’an, sempurna dalam mengambil manfaat Al-Qur’an, serta mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat yang mulia.
Sumber:
Kunci-Kunci Tadabbur Al-Qur’an, Dr. Khalid bin Abdul Karim Al-Laahim: Pustaka An-Naba’
http://www.belajarislam.com/tartil/






DOWNLOADS DISINIBremAt-Tartil

KEMBALI KE HALAMAN AWAL




Visit XtGem.com