XtGem Forum catalog
Free subdomain


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu kalam adalah ilmu yang membahas tentang ke-Esaan Allah dan hal-hal yang berkaitan dengan Allah SWT. Yang berisi tentang alasan-alasan yang mempertahankan kepercayaan-ketarcayaan iman dan bantahan-bantahan terhadap orang- orang yang menyeleweng dari kepercayaan- kepercayaan aliran, golongan salaf dan ahli sunnah.
Islam adalah agama yang memiliki watak kontekstual di setiap zaman dan tempat, ia juga universal artinya berlaku menyeluruh untuk semua bangsa, keadaan, dan waktu. Dalam ajaran islam sendiri terdapat dua hal pokok, yaitu pertama ajaran islam yang absolute, mutlak dan tidak boleh mengalami perubahan. Kedua, ajaran yang boleh mengalami perubahan dan penafsiran baru sesuai konteks zaman. Pokok yang tertama disebut ajaran dasar dan tidak ada di ubah, disingkat, atau diperpanjang dan terus diterima apa adanya. Pokok yang kedua, terbuka ijtihat atau penafsiran. Pada tataran ajaran islam yang kedua inilah muncul pemikiran modern dalam islam. Pemikiran modern muncul sebagai akibat adanya penafsiran baru atas al-Qur’an dan Hadits Nabi yang coba disesuaikan dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan yang di timbulkan oleh bangsa barat.
Disini penulis akan mencoba menguraikan satu demi satu tokoh pemikir modern/ masa kini dengan pemikiran –pemikiran modernnya, yang akan kami beri judul ” ILMU KALAM MASA KINI ( pemikiran Ismail al Faruqi, Hasan Hanafi, H.M. Rasyidi, Harun Nasution)”
A. Rumusan masalah
1. Pemikiran ismail al faruqi dalam ilmu kalam masa kini?
2. Pemikiran hasan hanafi dalam ilmu kalam masa kini?
3. Pemikiran H.M. Rasyid dalam ilmu kalam masa kini?
4. Pemikiran harun nasution dalam ilmu kalam masa kini
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ilmu Kalam Masa Kini
Adapun tokoh-tokoh perkembangan pemikiran Ilmu Kalam Masa Kini diantaranya adalah:
1. Ismail al Faruqi
a. Riwayat Singkat Ismail al Faruqi
Islamil Raji Al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina 1 Januari 1921. Dikenal secara luas sebagai ahli ilmu agama Islam dan ilmu perbandingan agama.
Memulai studi di College des Freres Libanon. Pada tahun 1941, ia melanjutkan pendidikan di American University, Beirut. Gelar sarjana mudanya dalam bidang filsafat ia peroleh di universitas tesebut pada usia 20 tahun, kemudian ia menjadi pegawai pemerintah Palestina dibawah mandat Inggris selama empat tahun dan bahkan sempat menjabat sebagai gubemur di daerah Galile yang kemudian jatuh ke tangan Inggris pada tahun 1947. Pada tahun berikutnya Al-Faruqi memutuskan untuk berhijrah ke Amerika Serikat. Di sana ia melanjutkan studinya yang sempat terhenti.
Di Amerika, ia melanjutkan pendidikan Master dalam bidang filsafat di University of Indiana dan University of Harvard. Dia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil gelar doktor filsafat di University of Indiana dan di Al-Azhar University pada tahun 1952. Dia kemudian mengajar beberapa universitas diseluruh dunia diantaranya universitas di Kanada, Pakistan dan Amerika Seirkat. Pada tahun 1968, dia menjadi guru besar Studi Islam di Temple University, Amerika Serikat.
Sebagai anak Palestina, al-Faruqi mengecam keras apa yang telah dilakukan oleh Zionis Israel yang menjadi dalang pencaplokan Palestina. Namun, ia dengan tegas membedakan Zionisme dan Yahudi. Dalam buku Islam and Zionism, ia berkata bahwa Islam adalah agama yang menganggap agama Yahudi sebagai agama Tuhan, yang ditentang Islam adalah politik Zionisme.
Ismail Raji al-Faruqi meninggal dunia karena dibunuh pada tanggal 27 Mei 1986 di rumahnya. Pembunuhan atas dirinya dan istrinya diduga karena kritiknya yang keras terhadap kaum Zionis Yahudi.
b. Pemikiran Kalam Ismail al Faruqi
Pemikiran kalam Ismail al Faruqi tertuang dalam karyanya yang berjudul Tauhid. Dalam karyanya ini beliau ini mengungkapkan bahwa syahadat menempati posisi sentral dalam kehidupan manusia baik dalam setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim. Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang dan waktu, sejarah manusia, dan takdir.
Dalam menyoroti tentang tauhid sebagai prinsip umat, al Faruqi membaginya kedalam tiga identitas, yakni:
1) Menentang etnisentrisme yakni tata sosial Islam adalah universal, mencakup seluruh umat manusia tanpa kecuali dan tidak hanya untuk segelitir suku tertentu.
2) Universalisme yakni Islam meliputi seluruh umat manusia yang cita-cita tersebut diungkapkan dalam umat dunia.
3) Totalisme, yakni Islam relevan dengan setiap bidang kegiatan hidup manusia, dalam artian Islam tidak hanya menyangkut aktivitas manusia dan tujuan di masa mereka saja tetapi menyangkut aktivitas manusia disetiap masa dan tempat.
Dalam hal kesenian, beliau tidak menentang kretaivitas manusia, tidak juga menentang kenikmatan dan keindahan. Menurutnya Islam menganggap bahwa keindahan mutlak hanya ada dalam diri Tuhan dan dalam kehendak-Nya yang diwahyukan dalam firman-firman-Nya.
2. Hasan Hanafi
a. Riwayat Singkat Hasan Hanafi
Hasan hanafi adalah Guru Besar pada fakultas Filsafat Universitas Kairo. Ia lahir pada 13 Februari 1935 di Kairo, di dekat Benteng Salahuddin, daerah perkampungan Al-Azhar. Kota ini merupakan tempat bertemunya para mahasiswa muslim dari seluruh dunia yang ingin belajar, terutama di Universitas Al-Azhar. Meskipun lingkungan sosialnya dapat dikatakan tidak terlalu mendukung, tradisi keilmuan berkembang di sana sejak lama. Secara historis dan kultural, kota Mesir memang telah dipengaruhi peradaban-peradaban besar sejak masa Fir’aun, Romawi, Bizantium, Arab, Mamluk dan Turki, bahkan sampai dengan Eropa modern. Hal ini menunjukkan bahwa Mesir, terutama kota Kairo, mempunyai arti penting bagi perkembangan awal tradisi keilmuan Hassan Hanafi.
Hasan Hanafi dilahirkan pada saat dimana Inggris menjajah negara Mesir, hal ini membentuk semangat nasionalismenya ketika ia masih kecil. Pada tahun 1948 yang mana negara Israel telah terbentuk dan berdiri serta pecahnya perang Palestina, Hasan Hanafi ikut serta turun dan melakukan perang melawan Zionisme dan menemukan arti penting dalam persatuan bangsa Arab dan Muslim. Hasan Hanafi adalah pengikut Ikhwanul Muslimin ketika dia aktif kuliah di Universitas Kairo.
Dalam Ikhwanul Muslimin dia aktif dalam mengikuti demonstrasi hingga adanya revolusi pada tahun 1952. dia berperan dalam demonstrasi menentang persetujuan 1954 dengan Inggris Raya yang mengatur tentang evakuasi tentara Inggris.
Di Perancis Hasan Hanafi menemukan permulaan kesadaran filosofis di tahun terakhir tahun 1950-an. Pada tahun 1960-an Perancis menjadi pusat ilmu filsafat kontemporer di dunia. Di Perancis Hasan Hanafi meraih gelar doktornya.
b. Pemikiran Kalam Hasan Hanafi
1) Kritik terhadap teologi Tradisional
Dalam gagasannya tentang rekonstruksi teologi tradisional, Hanafi menegaskan perlunya mengubah orientasi perangkat konseptual kepercayaan sesuai dengan konteks politik yang terjadi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa teologi tradisional lahir dalam konteks sejarah ketika inti keislaman yang bertujuan untuk memelihara kemurniannya.
Hal ini berbeda dengan kenyataan sekarang bahwa Islam mengalami kekalahan akibat kolonialisasi, sehingga perubahan kerangka konseptual lama pada masa-masa permulaan yang berasal dari kebudayaan klasik menuju kerangka konseptual yang baru yang berasal dari kebudayaan modern harus dilakukan.
Hanafi memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran murni yang hadir dalam kehampaan kesejarahan, melainkan merefleksikan konflik sosial politik. Sehingga kritik teologi memang merupakan tindakan yang sah dan dibenarkan karena sebagai produk pemikiran manusia yang terbuka untuk dikritik.
Hal ini sesuai dengan pendefenisian beliau tentang definisi teologi itu sendiri. Menurutnya teologi bukanlah ilmu tentang Tuhan, karena Tuhan tidak tunduk pada ilmu. Tuhan mengungkapkan diri dalam Sabda-Nya yang berupa wahyu.
Menurut Hasan Hanafi, teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah pandangan yang benar-benar hidup dan memberi motivasi tindakan dalam kehidupan kongkrit umat manusia, hal ini disebabkan oleh sikap para penyusun teologi yang tidak mengaitkannya dengan kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia. Sehingga menimbulkan keterpercahan antara keimanan teoritik dengan amal praktiknya dikalangan umat.
Sebagai konsekuensi atas pemikirannya yang menyatakan bahwa para ulama tradisional telah gagal dalam menyusun teologi yang modern, maka Hanafi mengajukan saran rekontruksi teologi.
Adapaun langkah untuk melakukan rekonstruksi teologi sekurang-kurangnya dilatarbelakangi oleh tiga hal yaitu :
a) Kebutuhan akan adanya sebuah ideologi yang jelas di tengah pertarungan globalisasi ideologi.
b) Pentingnya teologi baru ini bukan semata pada sisi teoritisnya, tetapi juga terletak pada kepentingan praktis untuk secara nyata mewujudkan ideologi gerakan dalam sejarah.
c) Kepentingan teologi yang bersifat praktis yang secara nyata diwujudkan dalam realisasi tauhid dalam dunia Islam.
Selanjutnya Hanafi menawarkan dua hal untuk memperoleh kesempurnaan teori ilmu dalam teologi Islam, yaitu :
a) Analisis bahasa, hal ini karena bahasa merupakan warisan nenek moyang yang merupakan tradisikhas yang seolah-olah menjadi ketentuan sejak dulu.
b) Analisis sosial, hal ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang historis-sosiologis munculnya teologi di masa lalu.
3. H.M. Rasyidi
a. Riwayat Hidup H. M Rasyidi
H. Mohamad Rasjidi (Kotagede, Yogyakarta, 20 Mei 1915 - 30 Januari 2001) adalah mantan Menteri Agama Indonesia pada Kabinet Sjahrir I dan Kabinet Sjahrir II.Fakultas Filsafat, Universitas Kairo, Mesir (1938) Universitas Sorbonne, Paris (Doktor, 1956) Guru pada Islamitische Middelbaare School (Pesantren Luhur), Surakarta (1939-1941) Guru Besar Fakultas Hukum UI Direktur kantor Rabitah Alam Islami Jakarta.
Karya Koreksi terhadap Dr. Harun Nasution tentang Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Bulan Bintang, 1977, Strategi Kebudayaan dan Pembaharuan Pendidikan Nasional, Media Dakwah, 1979. Kebebasan Beragama, Media Dakwah, 1979. Janji-janji Islam, terjemahan dari Roger Garandy, Bulan Bintang, 1982.
a. Pemikiran Kalam H.M Rasyidi
Pemikiran kalam beliau banyak yang berbeda dari beberapa tokoh seangkatannya. Tentang Ilmu kalam, ia membedakannya dengan teologi. Menurutnya teologi berarti ilmu ketuhanan yang kemudian mengandung beberapa aspek ajaran Kristen yang diluar kepercayaan, sehingga teologi kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu Kalam.
Tentang akal, beliau berpendapat bahwa akal tidak mampu mengatahui baik dan buruk, hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya aliran eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme dalam filsafat barat. Dengan menganggap akal dapat mengetahui baik dan buruk berarti juga meremehkan ayat-ayat al Qur’an.
Rasyidi kemudian menegaskan pada saat ini di Barat sudah dirasakan bahwa akal tidak mampu mengetahui baik dan buruk Buktinya adalah kemunculan eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme. seperti:
      
Artinya:“Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.”(Q.S Al-Baqarah [2]:232).
Pemikiran H.M Rasydi ini sedikit banyaknya mengarah kepada pemikiran Al Maturidiyah yang banyak dianut di Indonesia.


4. Harun Nasution
a. Riwayat Hidup Harun Nasution
Harun Nasution lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tahun 1919. Kemudian bersekolah di HIS (Hollandsche Indlansche School) dan lulus pada tahun 1934. Pada tahun 1937, lulus dari Moderne Islamietische Kweekschool. Ia melanjutkan pendidikan di Ahliyah Universitas Al-Azhar pada tahun 1940. Dan pada tahun 1952, meraih gelar sarjana muda di American University of Cairo.
Harun Nasution menjadi pegawai Deplu RI di Brussels dan Kairo pada tahun 1953-1960. Dia meraih gelar doktor di Universitas McGill di Kanada pada tahun 1968. Selanjutnya, pada 1969 menjadi rektor di IAIN Syarif Hidayatullah dan UNJ. Pada tahun 1973, menjabat sebagai rektor IAIN Syarif Hidayatullah.
Harun Nasution wafat pada tanggal 18 September 1998 di Jakarta Harun Nasution dikenal sebagai tokoh yang memuji aliran Muktazilah (rasionalis), yang berdasar pada peran akal dalam kehidupan beragama. Dalam ceramahnya, Harun selalu menekankan agar kaum Muslim Indonesia berpikir secara rasional.
Harun Nasution juga dikenal sebagai tokoh yang berpikiran terbuka. Ketika ramai dibicarakan tentang hubungan antar agama pada tahun 1975, Harun Nasution dikenal sebagai tokoh yang berpikiran luwes lalu mengusulkan pembentukan wadah musyawarah antar agama, yang bertujuan untuk menghilangkan rasa saling curiga. Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Harun Nasution antara lain :
1) Akal dan Wahyu dalam Islam (1981)
2) Filsafat Agama (1973)
3) Islam Rasional (1995)
4) Sejarah Pemikiran dan Gerakan (1975)


b. Pemikiran Kalam Harun Nasution
Secara garis besar pemikiran mengarah kepada pemikiran Muktazillah yang menganut kepada peranan akal dalam kehidupan manusia. Dalam salah satu bukunya ia berpendapat bahwa akal melambangkan kekuatan manusia. Karena akallah manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain sekitarnya.
Hal ini dasarkan ada kenyataan bahwa Islam memberikan kedudukan yang tinggi terhadap peranan akal dalam kehiduapn manusia untuk perkembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan keagamaan Islam.
Dalam hal pembaharuan teologi, ia sependapat dengan pandangan kaum modernis yang berpendapat bahwa perlu untuk kembali kepada teologi Islam yang sejati untuk bangkit dari keterpurukan dan kemunduran umat Islam di Indonesia. Hal ini dikarenakan umat Islam yang lebih cenderung dengan teologi fatalistik, serta menyerahkan nasib telah membawa nasib mereka menuju kemunduran.
Dalam hal hubungan akal dan wahyu, sebagaimana pemikiran ulama Muktazillah terdahulu. Harun Nasution berpendapat bahwa akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam al Qur’an. Orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah mengandung segala-galanya. Wahyu bahkan tidak menjelaskan semua permasalahan keagamaan. Dengan demikian kita tidaklah heran kalau Sirajudin Abbas berpendapat bahwa Kaum Muktazillah banyak mempergunakan akal dan lebih mengutamakan akal bukan mengutamakan al Qur’an dan Hadist.
Dari keempat pemikiran sebagaimana disebutkan diatas setidaknya dapat kita pahami bahwa masing masing tokoh memang tidak dapat terlepaskan dari pemikiran kalam dimasa lalu. HM. Rasyidi misalnya pemikirannya lebih cenderung kepada pemikiran Ahlusunnah wal Jamaah atau al Maturidiyah yang dibangun oleh al Imam Asy’ari dan al Maturdi. Demikian juga dengan Harun Nasution dan Hasan Hanafi yang pemikirannya lebih cenderung kepada pemikiran Muktazilah dan Qadariyah yang lebih menekankan peranan akal dalam menghadapi realita takdir atau nasib dalam kehidupan di dunia ini.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Raji Al-Faruqi.
Islamil Raji Al-Faruqi lahir di Jaffa, Palestina 1 Januari 1921. Dikenal secara luas sebagai ahli ilmu agama Islam dan ilmu perbandingan agama. Pemikiran kalam Ismail al Faruqi tertuang dalam karyanya yang berjudul Tauhid. Dalam karyanya ini beliau ini mengungkapkan bahwa syahadat menempati posisi sentral dalam kehidupan manusia baik dalam setiap kedudukan, tindakan, dan pemikiran setiap muslim. Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia, ruang dan waktu, sejarah manusia, dan takdir.
2. Hasan hanafi
Hasan hanafi adalah Guru Besar pada fakultas Filsafat Universitas Kairo. Ia lahir pada 13 Februari 1935 di Kairo, di dekat Benteng Salahuddin, daerah perkampungan Al-Azhar. Salah satu bentuk dari hasil pemikiranya yaitu dengan adanya ktitik terhadap teologi Tradisional.
3. H. Mohamad Rasjidi
H. Mohamad Rasjidi (Kotagede, Yogyakarta, 20 Mei 1915 - 30 Januari 2001) adalah mantan Menteri Agama Indonesia pada Kabinet Sjahrir I dan Kabinet Sjahrir II.Fakultas Filsafat, Universitas Kairo, Mesir (1938) Universitas Sorbonne, Paris (Doktor, 1956) Guru pada Islamitische Middelbaare School (Pesantren Luhur), Surakarta (1939-1941) Guru Besar Fakultas Hukum UI Direktur kantor Rabitah Alam Islami Jakarta. Pemikiran kalam beliau banyak yang berbeda dari beberapa tokoh seangkatannya. Tentang Ilmu kalam, ia membedakannya dengan teologi. Menurutnya teologi berarti ilmu ketuhanan yang kemudian mengandung beberapa aspek ajaran Kristen yang diluar kepercayaan, sehingga teologi kristen tidak sama dengan tauhid atau ilmu Kalam.
4. Harun Nasution
Harun Nasution lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara pada tahun 1919. Kemudian bersekolah di HIS (Hollandsche Indlansche School) dan lulus pada tahun 1934. Pada tahun 1937, lulus dari Moderne Islamietische Kweekschool. Ia melanjutkan pendidikan di Ahliyah Universitas Al-Azhar pada tahun 1940. Dan pada tahun 1952, meraih gelar sarjana muda di American University of Cairo. Secara garis besar pemikiran mengarah kepada pemikiran Muktazillah yang menunut kepada peranan akal dalam kehidupan manusia. Dalam salah satu bukunya ia berpendapat bahwa akal melambangkan kekuatan manusia. Karena akallah manusia mempunyai kesanggupan untuk menaklukkan kekuatan makhluk lain sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Sirajudin.I’tiqad Ahlussunah Wal Jama’ah, Jakarta: Pustaka Tarbiyah, 1978.
Anwar, Rosihon dan Rozak, Abdul.Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
http://id.wikipedia.org/wiki/Harun_Nasution
http://id.wikipedia.org/wiki/Ismail_Raji_Al-Faruqi#Masa_muda
http://id.wikipedia.org/wiki/HM Rasjidi.
http://rumahsugi.blogspot.com/2007/11/ilmu-kalam-masa-kini.html
http://sasaklandah.blogspot.com/2009/11/ilmu-kalam-hasan-hanafi.html
Kafrawi Ridwan (Ed), Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Houve 1993.
Panjiman, No.504 Edisi MEI 1986.

















DOWNLOADS DISINIBremIlmu Kalam Masa Kini
KEMBALI KE HALAMAN AWAL




Visit XtGem.com